Kumpulan catatan Zainal Lamu, socialpreneur yang masih belajar.

Sabtu, 22 November 2008

Hari Gini, Masih Mencari Tuhan?!!!

Tulisan ini sebagai tanggapan atas selebaran kaleng yang beredar di Fakultas Teknik UNM tahun 2006 lalu, dimana inti dari tulisan tersebut adalah mempertanyakan keberadaan Tuhan dengan dalih logika-logika mereka
Menebarkan keragu-raguan dan menggugat akan eksistensi Tuhan baik Sifat maupun Perbuatan-Nya tidak hanya ada pada zaman dahulu oleh kaum kafir dan munafiq (Al Baqarah : 55,118) namun masih ada sampai sekarang, bahkan oleh orang yang mengaku Muslim. Dimana semua dogma-dogmanya menjurus pada kesimpulan bahwa Tuhan tidak ada.

Meski pernyataan itu oleh sebagian mereka menganggapnya sebagai wahana untuk melatih dan membuka cakrawala atau meraih kepuasan berpikir (tidak disertai dengan keyakinan). Tapi sodara, ini agama, bukan hal yang
bisa untuk dipermainkan.

"Dan jika kamu tanyakan kepada mereka , tentulah mereka akan menjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja." Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?" Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu, niscaya Kami akan mengazab golongan disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa". (TQS. At Taubah : 65-66)

Dan ini jelas akan berimplikasi pada pelaksanaan syari`at-syari`at-Nya. Lihatlah, berapa banyak teman kita yang tidak shalat dengan alasan belum mengenal Tuhan. Na`udzubillah.

Sungguh sangat kasihan, ketika orang-orang sedang khusyuk shalat, masih saja ada orang yang mencari Tuhan. Menghabiskan
umur yang singkat hanya untuk berdebat akan keberadaan Tuhan.

Teori : Untuk yakin mesti ragu dulu.
Yakin dengan teori di atas? Mestinya anda meragukan kebenaran teori itu dulu, betul nggak?

Bicara agama, yang ilmiah dong
Agama (termasuk ke-Tuhanan tentunya) adalah sesuatu hal yang sangat ilmiah. Untuk membicarakannya mesti dengan sumber hukum yang jelas dan pasti. Berbicara agama dengan akal semata tanpa batasan koridor, dicampur dengan hawa nafsu bukan ilmiah namanya. Atau dengan mengutip pemikiran ahli filsafat apalagi orang-orang non Islam (Membeli kain di penjual ikan, mungkinkah? Kalaupun ada pasti bau kan)

Mengenal Tuhan lewat akal kan bisa?
Bisa, asalkan saja dengan batasan dalil dari Al Qur`an dan Al Hadits yang shahih. Tapi bila dengan akal saja, maka kami katakan tidak akan bisa. Jangankan Tuhan, coba kenali yang menulis ini dengan akal anda, bisa nggak? (Mau main tebak-tebakan?) Kalau saya menyerahkan kartu nama saya, nah baru anda bisa kenal siapa saya. Ingin kenal Allah? Baca Al Qur`an dan Al Hadits yang shahih. Dalam banyak ayat Allah menyuruh kita untuk memikirkan ayat-ayat Qur`ani maupun Kauniyah (berupa ciptaan-Nya) agar kita lebih yakin akan keberadaan dan kesempurnaan-Nya, bukan sebaliknya. Adapun adanya nash/dalil dari Al Qur`an atau Al Hadits yang shahih namun tidak sesuai dengan akal kita yang sangat terbatas, maka jangan sekali-kali menyalahkan nash tersebut, tapi pahamilah bahwa akal kita yang belum mampu untuk mencernanya.

Dalam Islam akal ditempatkan dipertengahan, tidak dinafikan namun juga tidak untuk dipertuhankan. Mari kita mempelajari agama ini dari sumbernya, bukan dari buku-buku yang merusak keorisinilan Islam, yang memang dikarang untuk itu. (Logisnya, memperbaiki kulkas tolong jangan pakai buku petunjuk perbaikan mobil).
Wallahu a`lam bishowab.

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi komentar dengan tetap mengedepankan adab berkomunikasi secara syar'i

Cari Artikel

www.wahdahmakassar.org