Kumpulan catatan Zainal Lamu, socialpreneur yang masih belajar.

Minggu, 16 November 2008

Korban Mode, Modis, Model, dan Modern

“Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka),” (QS. Al Hijr : 3)
“Jika kamu tidak punya malu lagi, lakukan apa yang kamu kehendaki.” (HR. Bukhari)

Era modern dengan segala propagandanya telah meluluh lantakkan nilai-nilai moral di seluruh dunia. Remaja digiring pada nilai-nilai materialisme yang menjunjung tinggi hedonisme tanpa melibatkan nilai-nilai agama. Akibatnya muncul euforia sekularis, yakni tergila-gila pada materi dan menjadikan uang sebagai Tuhan. Saban hari remaja-remaja di seluruh dunia histeris memuja-muja sosok hedonis (artis) yang sudah menjelma menjadi nabi. Kehidupan glamor artis ini memberikan inspirasi bahwa materi adalah segala-galanya. Artis menjadi sumber rujukan. Maka menjamurlah mode dan model jahiliyyah modern.

Selebmania
Kekaguman yang berlebihan yang berlebihan terhadap artis sudah menjadi wabah penyakit di kalangan remaja modern.

Rata PenuhPara remaja tanpa melihat moral artis, tetap saja tergila-gila dengan sosok artis idolanya bahkan berlomba meniru artis pujaannya.

Artis di zaman modern telah berubah menjadi nabi baru. Segala ucap dan langkah gerak mereka menjadi panutan. Para pengikutnya (pengidola) akan rela antri berjam-jam hanya untuk membeli tiket dan berdesak-desakan hanya untuk melihat artis pujaannya. Tingkahnya pun bermacam-macam ada yang menangis histeris, berlari sambil berteriak mengejar artis idolanya bahkan jatuh pingsan. Apa sebenarnya mereka cari?! Hanya kepuasan semu belaka. Secara akal sehat, yang mereka dapatkan hanyalah kerugian materi, waktu dan tenaga. Tak lebih!

Melihat ketenaran artis idolanya mereka pun ingin menjadi artis. Berlomba-lombalah mereka untuk mengikuti audisi-audisi, kontes-kontes yang bisa menjadi jembatan mereka untuk menjadi artis. Mereka mengandalkan apapun yang ada pada diri mereka, hingga seorang remaja putri rela untuk berpose “berani”, demi untuk mendapat lirikan sang produser. Jalan pintas!

Body Building
Era modern selalu menggembar-gemborkan pentingnya penampilan tubuh yang langsing, sintal, dan sehat. Maka maraklah senam pagi massal, aerobik, pusat-pusat kebugaran, fitnes center, dan senam lainnya yang kini lagi ngetrend. Media pun tak mau kalah, mereka berlomba mengiklankan produk-produk berteknologi canggih untuk melangsingkan tubuh, menghancurkan lemak, mengencangkan payudara dan alat-alat kebugaraan lainnya. Bahkan setiap pagi stasiun televisi swasta selalu menayangkan senam pagi dengan pakaian yang extra ketat.

Ada remaja yang ingin langsing lalu melakukan diet, bahkan ada yang rela bertubuh kerempeng yang mereka sebut sebagai tubuh langsing. Ada juga yang memakai pakaian full pressed body demi menampakkan lekuk tubuh langsingnya meskipun sedikit gembrot.

Sehat dan bugar dalam Islam tidak dilarang justru dianjurkan, namun jika bugar untuk dipamerkan dan sekedar ingin dilihat oleh orang lain bahwa tubuhnya seksi, masalahnya menjadi lain.

Astrologi
Ramalan bintang (astrologi) adalah bentuk syirik yang digandrungi remaja masa kini, terutama di kalangan remaja putri. Tak jarang di antara mereka belum beraktivitas sebelum membaca ramalan bintang terlebih dahulu. Inilah yang ditakutkan oleh Rasulullah Sallallahu `Alaihi wa Sallam dalam haditsnya:” Aku takutkan pada umatku setelah aku tiada atas dua perkara; mendustakan qadar dan percaya (ramalan) bintang.” (HR. Ibnu Uyainah).

“Barangsiapa yang mengambil sebagian ilmu bintang (astrologi) berarti dia telah mengambil dari ilmu sihir. Bertambah ilmu bintangnya bertambah ilmu sihirnya.” (HR. Abu Daud)

Kudung Gaul
Sebagian besar remaja putri Islam saat ini tak lebih dari korban keganasan modern. Mereka terimbas dengan model pakaian yang lahir dari budaya non Islam. Sebagai seorang Muslimah mereka tidak mau menanggalkan jilbabnya, tapi juga tidak mau ketinggalan zaman alias tidak mau dikatakan kampungan, kuno, dan terbelakang. Maka mereka pun memakai kudung gaul; kerudung dililitkan ke leher, tidak ditutupkan ke dada, baju dan celana ketat bahkan transparan, Jadinya pakaian bukan lagi untuk menutup aurat tapi hanya membungkus.

Ada juga yang berjilbab hanya ikut-ikutan tanpa didasari keyakinan, akibatnya mereka berjilbab semaunya dan hanya pada saat tertentu saja. Misalnya, saat ke kampus berjilbab, pulang kampus mereka membuka buka jilbabnya. sehingga aurat mereka dapat dilihat oleh lelaki yang bukan mahramnya. (Lihat QS. Al Ahzab ayat 59).

Pacaran
Pacaran sudah lama ‘dilegalkan’ bahkan oleh sebagian orang dianggap sebagai kelengkapan hidup. Bukan saja halal, tapi wajib dilakukan. Malah kini banyak orang tua yang gelisah bila putra putrinya belum punya pacar. Mereka lebih senang bila melihat anaknya berpacaran. Alasannya supaya mereka saling mengenal, sehingga dalam menjalani rumah tangga nanti, mereka sudah tahu kekurangan masing-masing. Impossible! Adakah orang yang pacaran tidak munafik. Mereka akan berusaha untuk tidak memperlihatkan kekurangan mereka. Faktanya, dari sekian banyak kasus perceraian, lebih 80% adalah pasangan yang pacaran sebelum menikah (PN Makassar).
Dalam Islam tidak dikenal adanya pacaran terlebih ‘pacaran Islami’. Islam hanya mengajarkan khitbah (melamar), dalam khitbah dibolehkan melihat aurat lawan jenis dalam batas-batas tertentu. Setelah khitbah dan ada kecocokan antara keduanya, dalam arti si wanita menerima khitbah pria, maka dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama diharuskan segera menikah untuk menghindari fitnah. Nah, inilah pelegalan hubungan yang insya Alllah diridhoi Allah subhanahu wata`ala, lebih indah, dan lebih langgeng.

Memburu Alat Kecantikan
Keinginan untuk mendapat pujian dan jadi pusat perhatian adalah dilema tersendiri bagi wanita. Kebanyakan wanita memberhalakan alat-alat kecantikan untuk mempercantik wajahnya agar mendapat pujian laki-laki. Mereka lebih pusing memikirkan kemulusan dan kecantikan wajahnya daripada memikirkan urusan akhirat. Lantas apa yang mereka dapat tiada lain hanyalah kepuasan semu. Sementara modal yang dikeluarkan adalah harta sia-sia. Sementara di akhirat mendapat dosa berlipat, selain dosa tabarruj juga dosa karena menyeret laki-laki pada dosa pula.

Islam hakikatnya tidak anti pada kecantikan. Wajah tampil cantik, putih dan mulus adalah suatu keharusan. Tapi semua kecantikan itu hanya untuk suami bukan untuk dipajang di jalanan supaya laki-laki lain bisa menikmatinya.

“Siapa diantara kalian (para istri dan ibu) ikhlas tinggal di rumah untuk mengasuh anak-anak dan melayani segala urusan suaminya, maka memperoleh pahala yang kadarnya sama dengan pahala para mujahidin di jalan Allah.” (HR. Bukhari- Muslim).

Musik Mania
Musik, nyanyian, dan menari-nari adalah hal yang identik dan menjadi kebutuhan yang tak terpisahkan dari dunia remaja. Diperparah dengan media entertainment yang saling berlomba untuk menyajikan hiburan-hiburan, maka digelarlah audisi-audisi, kontes-kontes menyanyi dengan iming-iming menjadi artis beken, para penggemar pun larut mendukung idolanya walaupun mengorbankan hartanya untuk membeli pulsa, sementara itu dibelakang layar, perusahaan entertainment dengan relasinya sibuk membagi keuntungan yang mencapai milyaran rupiah. Suatu penipuan yang sangat halus.

Musik memang lebih ampuh dari obat bius yang meninabobokan remaja. Membuat mereka cinta dunia dan lupa akhiratnya. Mereka akan lebih tenang bila mendengar musik daripada mendengar atau membaca Al Qur`an, membaca buku-buku agama, menghadiri majelis `ilmu dan hal yang bermanfaat lainnya. Seperti firman Allah dalam surah Luqman Ayat 6, “Dan di antara manusia ada yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka akan mendapat adzab yang menghinakan.”

“Sesungguhnya sebagian manusia dari ummatku akan minum khamar, mereka menyebutnya bukan dengan namanya, mereka bernyanyi dengan menggunakan musik dan nyanyian perempuan, maka Allah akan menjadikan mereka lemah akalnya dan sebagian mereka akan dijadikan kera dan babi.” (HR. Ibnu Majah)

Emansipasi
Fitrah kewanitaan merupakan hal yang sulit dimengerti oleh sebagian wanita muslim, ditunggangi oleh paham-paham sekularis yang selalu menggembar-gemborkan bahwa Islam merampas hak-hak kebebasan wanita. Mereka seperti kacang lupa kulitnya. Padahal Islam telah mengangkat derajat dan memuliakan kaum wanita ketika wanita pada zaman jahiliyyah dianggap sangat hina oleh kaum kafir Quraisy, bahkan mereka sangat malu bila dalam keluarga mereka lahir bayi perempuan sehingga banyak yang mengubur bayi perempuan mereka hidup-hidup. Dan walaupun dibiarkan hidup wanita hanya dijadikan sebagai harta benda pemuas nafsu, yang dapat diwariskan.
Para ‘pejuang’ emansipasi sepertinya tidak belajar dari akibat perbuatan mereka. Akibat dari kebebasan yang mereka perjuangkan telah membuahkan hasil yang sangat fantastis; Maraknya free seks, perkosaan, penyalahgunaan alat kontrasepsi, ini disebabkan karena kurang kontrolnya dari orang tua yang melalaikan anaknya karena sibuk dengan pekerjaannya dan kebebasan yang ia berikan kepada putrinya untuk bergaul dengan siapa saja dengan alasan ‘hak kebebasan wanita’. Emansipasi yang mereka perjuangkan justru membawa wanita pada jurang kebobrokan.

“Hai segenap wanita! Bersedekahlah dan perbanyaklah istighfar karena aku melihat kalian lebih banyak di neraka.” Seorang wanita bertanya,”Ya, Rasulullah, mengapa demikian.” Rasulullah menjawab, “Karena kalian sering mengutuk dan mengkufuri (melanggar) pergaulan…” (HR. Bukhari)

Belum lama ini ummat Islam di gemparkan dengan wanita yang menjadi khatib dan imam shalat Jum`at di salah satu gereja di Moskow, mu`adzinnya pun wanita yang tidak menutup aurat dan memakai jeans dan ma`mum laki-laki dan perempuan sejajar. Na`udzu billahi mindzalik. Korban emansipasi! Dengan dalih persamaan hak menjadikan mereka berani menentang hukum yang telah ditetapkan oleh Allah subhanahu wata`ala.
Firman Allah Ta`ala : “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena itu Allah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) terhadap sebagian (wanita), dan karena laki-laki telah menfkahkan dari harta. Sebab itu wanita yang saleh adalah yang taat kepada Allah dan menjaga diri ketika suaminya tidak ada.” (QS. An Nisaa ayat 34)
Wallahu a`lam bishshowab
Diramu dari berbagai sumber

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi komentar dengan tetap mengedepankan adab berkomunikasi secara syar'i

Cari Artikel

www.wahdahmakassar.org