Kumpulan catatan Zainal Lamu, socialpreneur yang masih belajar.

Selasa, 23 Desember 2008

Bunda, Baktiku di Seluruh dan Sepenuh Hari-hari

Binar matamu memandangku penuh sayang, sesekali mengecup dahi dan pipiku tak bosan. Igauan dan geliatku menambah gemasmu. Tiap hari, bahkan kadang sepanjang malam matamu rela tidak terpejam, di awal-awal pekan mengenal dunia aku memang rewel. Entah berapa kali lentik jarimu membelaiku, tak rela seekor nyamukpun menyentuh tubuhku. Tanpa rasa bersalah kotoranku sering membasahi pakaianmu, itu jua tak mengurangi sayangmu bahkan kau membalasnya dengan kecupan lagi. Ah, kenangan indah saat pertama mengenalmu, cinta pertamaku.

Hari berlalu hari, aku makin mengenalmu, kau bukan sekedar pengasuh, demi aku, demi kami kau adalah guru…, kau adalah pembela…, kau adalah penjaga…, kau adalah dokter…, kau adalah segalanya bagi kami.

Tak jarang kami mengecewakanmu bahkan menangis, membuat menyesal bertalu dalam dada kami. Tapi sungguh, kau tak pernah memendamnya untuk kami, kau hanya menganggapnya tak lebih dari fatamorgana hidup. Kerelaanmu membawa kami kepangkuanmu, rengkuhanmu dan sekali lagi kecupanmu.

Bunda, telah 24 tahun aku menikmati hari-hari itu, piutang jasamu terlalu menumpuk untuk saya bayar dengan sekedar bakti ala kadarnya.

Bunda, hari ini (22 Desember) banyak yang mengatakan adalah hari Ibu. Sehari dalam setahun ini apapun cara mereka lakukan untuk menyenangkan Bunda mereka. Ah, mereka memang picik, latah. Tapi saya bukan mereka Bunda, bagi saya semua hari untuk Bunda tak terkecuali. Bunda, baktiku di seluruh dan sepenuh hari-hari, baktiku tak mengenal hari Ibu. Bunda tak perlu menunggu sehari dalam setahun itu untuk mendapat bakti dari saya, setiap hari Bunda, insya Allah.

Meski saya sadar itu semua tak mampu dan takkan pernah bisa membalas setetes air mata dan satu desah napas Bunda saat melahirkanku. Takkan pernah. Tapi ini semua saya lakukan untuk mendapatkan keridhoanmu, aku ingin mati dalam keadaan itu.

Bunda, doakan aku agar menjadi anak yang saleh, aku ingin menjadi syafaat bagimu di hari perhitungan kelak. Mudah-mudahan itulah hadiah terbesar dari saya buat Bunda.

"Ya Allah ampunilah dosaku dan dosa kedua orangtuaku dan kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil."
“Ya Allah kumpulkanlah kami sebagaimana Engkau mengumpulkan kami di dunia dalam surga-Mu”
“Ya Allah jadikanlah kami termasuk orang yang bertaqwa kepada-Mu dan janganlah Engkau golongkan kami termasuk dalam orang yang bermusuhan.”

Setitik bakti buat Bunda.

1 komentar:

  1. ya.. kita memang tak harus menunggu "satu" hari itu untuk memberikan yang terbaik dari apa yang mampu kita lakukan...

    salam untuk ibu... semua ibu dengan "kesempurnaan" cintanya

    BalasHapus

Silahkan mengisi komentar dengan tetap mengedepankan adab berkomunikasi secara syar'i

Cari Artikel

www.wahdahmakassar.org