Kumpulan catatan Zainal Lamu, socialpreneur yang masih belajar.

Rabu, 03 Juni 2009

Agar tidak Seperti Buih…

Tulisan ini telah diterbitkan di buletin al-Balagh DPC WI Makassar edisi 18 dan juga dimuat di wimakassar.org.

Amerika Serikat kembali mengucurkan dana sebesar 91,3 milyar Dollar AS untuk pendanaan perang di Afghanistan dan juga Iraq. Dana ini dialokasikan hanya sampai 30 September. Perang di sana akan bertambah panjang dan konsekuensinya akan memakan lebih banyak korban lagi. (Eramuslim.com)

Helikopter Israel hari Senin (25/5) pagi menyebarkan selebaran ke Jalur Gaza. Isi selebaran itu memerintahkan warga Palestina di Gaza untuk menjauh dari perbatasan dan mengancam akan menembak siapa pun yang mendekati perbatasan. (Eramuslim.com)

Lembaga Human Right Watch yang berbasis di New York juga mengumumkan bahwa kekerasan atau pelecehan dalam penjara Irak merupakan aktivitas yang rutin dan lumrah terjadi. Lembaga tersebut mengatakan bahwa para tahanan dihukum dalam waktu yang lama dengan tangan diborgol di belakang, dan secara rutin dipukul dengan kabel dan batang besi, dan juga sengaja disengatkan listrik ke telinga dan kemaluan mereka oleh para penjaga tahanan. (Arrahmah.com)

Berita-berita yang menguji ghirah, cemburu, marah dalam diri kita sebagai seorang muslim hampir setiap hari kita dapatkan di berbagai media elektronik maupun cetak, belum lagi berita penghinaan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, penistaan terhadap al Qur’an, munculnya aliran sesat dan sebagainya. Dan lagi-lagi kita hanya bisa menjadi penonton tanpa upaya yang berarti. Jujur kita harus mengakui kehinaan dan kelemahan yang menimpa kita yang tentu saja ini semua adalah dari Allah disebabkan karena kelalaian kita sendiri.

Sebabnya Kemunduran
Dilihat dari berbagai aspek, kaum muslimin memang terbelakang dibanding kaum kafir, baik dari segi pendidikan, ekonomi, teknologi, kekuatan militer dan sebagainya, tapi apakah itu semua yang menjadi penyebabnya? Dalam sebuah majalah menyebutkan, “Sesungguhnya negara-negara yang akan jaya dan mulia adalah negara dengan teknologi yang maju…..” Memang logis, tapi ia lupa dengan firman Allah yang menyatakan, “Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rosul-Nya dan bagi orang-orang mukmin” (QS. Al-Munafiqun: 8)



Sejarahpun menceritakan kepada kita, umat Islam generasi-generasi awal ketika melakukan ekspansi dakwah dan mengalahkan kekuatan militer dua negara adidaya di dunia pada waktu itu (Romawi dan Persia), tidaklah disebut bangsa yang maju ilmu pengetahuan dan teknologinya. Bahkan secara teknologi dan militer mereka terbelakang dibandingkan dengan negara-negara yang dikalahkannya, yang dihancurkan singgasananya dan pada akhirnya ditaklukkan.

Alur kisah menjadi berbalik justru ketika kaum muslimin mencapai puncak kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa pemerintahan daulah Abbasiyah yang berpusat di Baghdad. Kota Baghdad dan perpustakaan-perpustakaannya menjadi pusat ilmu pengetahuan (baik ilmu dunia maupun syari’ah) di muka bumi pada waktu itu. Banyak pelajar-pelajar dari seluruh penjuru dunia menimba ilmu di sini. Tapi ketika bangsa Tartaar (Mongolia) menyerang kaum muslimin di akhir masa pemerintahan daulah Abbasiyah. Mereka mengalahkan kaum muslimin, menyerbu sebagian besar wilayah daulah Abbasiyah. Ketika itu bangsa Mongol unggul padahal ilmu pengetahuan yang mereka miliki masih terbelakang dibandingkan dengan daulah Abbasiyah. Dan contoh-contoh seperti ini banyak sekali dalam sejarah.

Jadi apa sebenarnya yang menjadi sebab utama kemunduran itu?
Lebih 14 abad yang lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberitahukan kepada kita akan datangnya masa seperti ini serta penyebabnya.
Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Hampir terjadi keadaan yang mana ummat-ummat lain akan mengerumuni kalian bagai orang-orang yang makan mengerumuni makanannya." Salah seorang sahabat berkata; "Apakah karena sedikitnya kami ketika itu? Nabi berkata: Bahkan, pada saat itu kalian banyak jumlahnya, tetapi kalian bagai ghutsa' (buih kotor yang terbawa air saat banjir). Pasti Allah akan cabut rasa segan yang ada didalam dada-dada musuh kalian, kemudian Allah campakkan kepada kalian rasa wahn. " Kata para sahabat: "Wahai Rasulullah, apa Wahn itu?
Beliau bersabda: "Cinta dunia dan takut mati." (HR. Abu Daud)

Cinta dunia dan takut mati adalah dua hal akan saling berbanding lurus dalam hati seseorang, ketika cinta dunia menguasai hatinya maka dipastikan ia pun akan semakin takut terhadap kematian. Dan penyakit inilah yang menimpa kebanyakan kaum muslimin sekarang ini. Dan bentuk efek dari wahn ini bisa kita lihat dari sabda Rasulullah berikut ini:
"Jika kalian berdagang dengan sistem riba, kalian ridha dengan peternakan, kalian ridho dengan pertanian dan kalian meninggalkan jihad maka Allah timpakan kepada kalian kehinaan yang tidak akan dicabut sampai kalian kembali kepada agama kalian” (HR. Imam Ahmad, dan Abu Daud)


Maka tidak ada jalan bagi kita kaum muslimin untuk mencabut kehinaan ini dari diri kita, kecuali kita kembali kepada agama kita seperti yang telah disebutkan oleh hadist di atas: “Allah timpakan kepada kalian kehinaan yang tidak akan dicabut sampai kalian kembali kepada agama kalian” . Dan kami ingatkan Anda dengan ucapan Imam Malik rahimahullah: “Tidak akan baik umat terakhir ini kecuali dengan kebaikan yang ada pada umat pertama” . Dan generasi pertama umat ini tidaklah baik dengan teknologi akan tetapi mereka baik dengan keteguhan mereka dalam memegang agama Islam.

Kembali Kepada Islam Adalah Solusinya, akan Tetapi Bagaimana Caranya?
"Barat meninggalkan agama yang salah, maka mereka maju. Sedang umat Islam meninggalkan agama yang benar, maka mereka tertinggal." -Dr. Mahmoud Husein, dosen Universitas al Azhar-

Berikut ini upaya-upaya kita untuk kembali pada agama kita:

Pertama: Kita memahami agama Islam dengan pemahaman yang benar sesuai yang dipahami oleh Nabi kita Shallallahu alaihi was sallam, para sahabat Beliau (semoga Allah ridha kepada mereka semua) dan para pendahulu kita yang shalih.

“dan bahwa ( yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa” (Hadist Shahih, dishohihkan oleh al-Albani dalam tahrij syarh At-Thohawiyah No. 810).

Jauhnya kita dari pemahaman Islam yang benar hanya akan melemahkan dan menceraiberaikan kita. Oleh karena itu sudah menjadi keharusan bagi kita untuk memahami Islam dengan pemahaman yang benar sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, para sahabat Beliau dan para pendahulu kita yang shalih memahaminya (semoga Allah ridha kepada mereka semua). Hal ini kita lakukan agar kita dapat mengikuti jalan Allah yang lurus.

Kedua: Menerapkan Islam (yang telah dipahami dengan benar) dengan penerapan yang tepat, dan tidak mengingkarinya sedikitpun baik itu perkara yang kecil (menurut anggapan sebagian orang) atau perkara yang besar, hanya karena kita tidak mampu melakukan atau dengan kata yang lebih tepat kita tidak menginginkannya atau berat bagi kita untuk berpegang teguh dengan perkara ini atau itu.
Wajib bagi kita untuk bertakwa kepada Allah semampu kita. Dan wajib bagi kita untuk memahami, bahwa barang siapa yang tidak menerapkan sebagian perintah-perintah agama, bisa jadi posisi dia adalah orang yang berdosa , maksiat, ataupun fasik. Namun orang yang mengingkari sesuatu perintah dari agama Islam (walaupun yang diingkari itu sunnah) atau mengingkari suatu larangan agama maka dia adalah orang kafir (jika ia telah mengetahui kebenaran yang diingkarinya itu) sampai ia kembali dan bertaubat. Dan inilah yang banyak menimpa orang-orang ketika kita dapati mereka tidak menerapkan sebagian ajaran Islam atau tidak meninggalkan sebagian larangannya. Setan masuk kepada mereka dan menghiasi mereka, hingga mereka mengatakan: “Tidak, ini bukan merupakan kewajiban atau ini bukan larangan.” Mereka menentang dan menyangka sudah lepas dari tanggung jawab serta bebas dari siksaan karena keingkarannya. Padahal masalah yang sebenarnya sangat jauh sekali dari yang mereka sangkakan itu. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka sembunyikan dalam dada mereka.

Ketiga: Kita menyeru dan mengamalkan agama ini dengan sebenar-benarnya, yaitu Islam yang telah kita pahami dan praktikan dengan betul. Dan sebesar-besar bentuk da’wah adalah menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari keburukan (al-amru bil ma’ruf wa nahyu ‘anil munkar). Rasulullah Shallallahu alaihi was sallam bersabda: “Demi jiwaku yang ada di tangan-Nya, kalian benar-benar memerintahkan kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar atau Allah benar-benar akan menimpakan kepada kalian siksa kemudian kalian berdoa dan tidak dikabulkan” (Shohih Sunan Tirmidzi menurut Al-Albani No.1762)

Sudah menjadi keharusan bagi kita untuk mengajak manusia dan menyeru mereka kepada yang baik dan mencegah dari yang buruk, dan kita mulai dari diri kita sendiri, kemudian orang yang terdekat. Dan kita memulai dari rumah kita dengan mencegah dan menghilangkan keburukan yang ada di dalamnya. Menasihati dengan lemah-lembut orang yang berada dalam tanggungan kita terlebih dahulu. Kemudian jika mereka tidak menghiraukan maka bagi kita untuk memaksa mereka, karena Rasulullah Shallallahu alaihi was sallam telah bersabda:
“Sesungguhnya Allah bertanya kepada setiap pengembala tentang apa yang digembalakannya apakah ia menjaganya atau menyia-nyiakannya, sampai-sampai seorang laki-laki akan ditanya tentang keluarganya” (Shohih Jami’us Shoghiir : 774)

Inilah jalan yang bisa kita tempuh untuk menghilangkan kekalahan yang menimpa kita dan umat kita, serta membebaskan tanah-tanah kita yang terampas. Karena kitalah yang berhak mendapat kemenangan dari Allah (dengan keutamaan-Nya dan kemuliaan-Nya) dengan sebab kembalinya kita kepada agama kita dan pertolongan dari Allah. Dan setelahnya, jika kita mampu untuk memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi lebih dari yang dimiliki Eropa dan Amerika maka tidak ada masalah, bahkan ini merupakan hal yang diharapkan. Wallahu Ta’ala A’lam.

1 komentar:

  1. Jika Anda ingin mencetak nilai bagus tanpa kehilangan terlalu banyak waktu yang berharga, maka Anda harus fokus pada bagaimana belajar pintar.

    BalasHapus

Silahkan mengisi komentar dengan tetap mengedepankan adab berkomunikasi secara syar'i