Kumpulan catatan Zainal Lamu, socialpreneur yang masih belajar.

Selasa, 18 Desember 2012

Karena Wanita Begitu Berharga


"Karena wanita begitu berharga...", kalimat tersebut mungkin pernah kita dengar dari sebuah iklan produk kecantikan. Namun sesuatu yang sangat bertolak belakang bagi saya. Cara menghargai wanita dalam iklan tersebut adalah dengan mengeksplorasi kecantikan wanita yang menjadi modelnya. Sebuah kontradiksi yang lazim kita dapatkan dalam  kehidupan liberal dan sekuler. Trus bagaimana Islam dalam menghargai wanita? Coba simak kisah di bawah ini:

Kisah ini diceritakan oleh Ustadz Kholid ZA. Basalamah, Lc. M.Ag dari pengalaman seorang temannya, yaitu Dr. Shaleh. Dr. Shaleh adalah dosen di LIPIA Jakarta dan pengalaman ini terjadi ketika melanjutkan studi untuk meraih gelar Doktornya di Amerika Serikat.

Suatu hari Dr. Shaleh menaiki kereta api bawah tanah bersama dengan istrinya dan secara kebetulan di dalam kereta mereka duduk berhadapan dengan seorang Yahudi. Tak lama mereka duduk si Yahudi berkata dengan sombong kepada mereka. "Apakah kamu Muslim?". Dr. Shaleh menjawab, "Ya, saya Muslim".
"Apa Islam itu? Satu hari shalat lima waktu, puasa satu bulan dalam setahun, mengeluarkan zakat harta, pergi haji!" Kata si Yahudi dengan nada mengejek. Namun Dr. Shaleh tidak menanggapi. Merasa tak mendapat tanggapan perhatian Yahudi beralih ke Isteri Dr. Shaleh yang memakai cadar, si Yahudi bertanya lagi, "Siapa di sebelahmu itu,"
"Ini istri saya? Jawab Dr. Shaleh.
"Apa sih Islam itu? Menzhalimi wanita begitu, disuruh pakai kudung, tutup aurat, apalagi istrimu itu pakai cadar tidak bisa bernafas!"
Orang Yahudi ini sudah kelewatan, pikir Dokter Shaleh, "Apakah kau sudah selesai?
"Ya,"
"Kayaknya kau ini orang Yahudi?"
"Ya, saya orang Yahudi?"
”Setahu saya dalam agama kami diajarkan bahwa orang Yahudi itu suka harta, betul atau tidak?"
"Ya, betul"
"Kalau anda punya sebuah permata yang mahal, dimanakah anda akan letakkan? Di jalanankah?"
"Tidak, saya akan letakkan ditempat yang aman."
"Di mana anda letakkan?"
"Di rumah saya."
"Di mana anda letakkan di dalam rumah? di ruang tamukah?" Dr. Shaleh memberondong si Yahudi.
"Tidak di ruang tamu"
"Kenapa bukan di ruang tamu?".
"Nanti ada orang yang datang yang curi, anda kan bilang itu permata yang mahal."
"Baik, kalau begitu dimana anda letakkan?"
"Di kamar saya."
"Di kamar di mana? Di atas lemarikah? Di bufetkah? Atau di atas ranjang?"
"Tidak, saya akan taruh di sebuah lemari besi yang saya saja yang tahu nomornya isteri saya tidak tahu."
"Kenapa kau takut Isterimu tahu nomornya?"
"Bisa saja Istri saya mengkhianati saya"
"Subhanallah, jawabanmu itu membuat saya semakin yakin dengan kebenaran agama saya, karena agama saya mengajarkan bahwa Yahudi suka harta. Ini baru ilustrasi belum yang sebenarnya, baru saya katakan kalau kau punya permata kau apakan, ternyata kau sudah jaga sampai sejauh itu. Bagaimana kalau permata asli?" Dr. Shaleh melanjutkan "Sebagaimana kau menjaga permata itu, begitulah Islam menjaga wanita, wanita itu terlalu mahal dalam Islam sehingga tidak semua orang bisa melihat, tidak semua orang bisa menjamah dan tidak semua orang bisa memegang dan membuat apa saja yang mereka inginkan?"

Si Yahudi pun bungkam. Alhamdulillah,atas hidayah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, dengan sebab pertemuan mereka itu orang Yahudi tersebut kemudian memeluk agama Islam.

Ya Ukhti, anda adalah lebih dari sekedar permata, sangat mahal, terlalu mahal! Tidak sembarang orang bisa melihat apalagi menyentuh Anda. Karena itu Islam memuliakan anda dan anda harus merasa mulia dengan syariat Islam.

Wallahu a`lam Bishowab.

Makassar, 30 Juni 2006

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan mengisi komentar dengan tetap mengedepankan adab berkomunikasi secara syar'i