Meski tinta sejarah tak jarang menggambarkan jelas wajah-wajah mereka, namun pikiranku lebih diasyikkan dengan laku gerak dan langkah kaki mereka yang tegap, lincah berdebu.
Di waktu malam kaki-kaki kokoh itu diam tegak lama tak bergeming, setia memapah tubuh yang bergetar di hadapan Rabb-Nya, sayup terdengar Kalamullah yang kadang lirih disertai sesenggukan mengharukan.
Aku semakin asyik memandang kaki-kaki itu gesit di tengah ringkikan kuda, teriakan takbir, dentingan pedang beradu baju besi, kaki-kaki itu merengsek kesana kemari membawa tuannya mencari syahid. Dengan debu-debu sucinya menjadi saksi bisu kepahlawanan mujahid.
Kaki-kaki itulah yang menaklukkan gurun panas jazirah Arab meski harus mengelupas namun takkan mundur sebelum memenuhi amanah Ilahi, menggetarkan singgasana kesombongan kaisar Romawi, dan menginjak permadani altar kecongkakan Parsi. Kaki-kaki yang membawa al Qur’an dan menyebarkan Sunnah di mana ia melangkah bersama debu-debu suci.
Aku berharap dan berdoa suatu saat kakiku berada di antara kaki-kaki itu berjalan di hamparan permadani empuk dan jutaan karunia Surgawi. Amin
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi komentar dengan tetap mengedepankan adab berkomunikasi secara syar'i