Kumpulan catatan Zainal Lamu, socialpreneur yang masih belajar.

Sabtu, 26 Desember 2009

Obat AIDS

Diterbitkan di Buletin Pekanan Al-Balagh Edisi 42
Pada tanggal 1 Desember 2009 lalu para penggiat yang katanya peduli dengan penderita HIV/AIDS kembali memperingati Hari HIV/AIDS sedunia, meski tiap tahunnya diperingati hari HIV/AIDS, namun jumlah penderitanya tak berkurang. Justru semakin meningkat secara signifikan. Data terakhir menunjukkan 298 ribu penduduk Indonesia hidup dengan HIV/AIDS (ODHA).
Berapa banyak dana yang telah digelontorkan untuk mengkampanyekan kehati-hatian dan pencegahan terhadap HIV/AIDS. Namun hasilnya justru tidak sesuai harapan. Sayang rasanya jika dana sebesar itu digunakan untuk sesuatu yang terkesan tidak solutif. Bahkan timbul kesan ada komersialisasi produk pada kampanye tersebut.

Kondomisasi; Pembodohan Massal
Mau aman? Ya pakai kondom!” begitu bunyi slogan pada iklan layanan masyarakat tentang ajakan penggunaan kondom beberapa tahun lalu.
Iklan dan kampanye penggunaan kondom untuk mencegah AIDS sering dilakukan banyak pihak. Tidak hanya di situ, berbagai pihak juga kerapkali turun ke jalan membagi-bagikan kondom secara gratis pada peringatan hari AIDS se-dunia yang jatuh setiap 1 Desember ini.
Namun faktanya, meski ajakan dan sosialisasi terkait kondom sering dilakukan, angka penderita AIDS justru mengalami peningkatan. Apakah benar kondom bisa mengurangi penderita HIV/AIDS?
Mestinya mereka belajar dari negara AS dan Eropa, sejak 20 tahun lalu telah melakukan program ini, hasilnya justru mendongkrak jumlah penderita AIDS. Apalagi menurut ilmu kedokteran bahwa kondom sesungguhnya dibuat sebagai alat kontrasepsi alias pencegah kehamilan. Sementara virus HIV/AIDS ukurannya jauh lebih kecil dari diameter pori-pori kondom. Jadi bisa dikatakan penggunaan kondom hanyalah solusi bobrok yang dipaksakan atau boleh jadi ini justru adalah salah satu kampanye pelegalan seks bebas yang membuat penderita AIDS semakin menjamur. Ini terbukti dengan dibagikannya kondom secara gratis kepada siapa saja tanpa mau tahu apakah sudah punya istri/suami atau tidak, bahkan anak SD pun bisa mendapatkannya.
Secara tak langsung kampanye ini menyerukan kepada masyarakat, “Silahkan berhubungan seks dengan siapa saja asalkan pake kondom”.
Dan ajakan halus ini tenyata efektif, ini dapat kita lihat bahwa sikap permisifisme masyarakat terhadap seksualitas semakin menjadi-jadi. Hal itu diperparah oleh kondisi Indonesia yang berasaskan HAM yang sering disalahgunakan. Contohnya, dengan mengatasnamakan HAM banyak orang tidak malu berbuat sesuka hati mereka, seks bebas, homoseksual dan sebagainya. Padahal, HIV/AIDS penularannya sangat berpotensi dari situ. Tak hanya itu, Indonesia yang hingga kini ditengarai tempat suburnya peredaran narkoba.

Islam punya Obat
Direktur Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Prof. Dr. Ahmad Zahro, MA mengatakan, meningkatnya jumlah penderita HIV/AIDS pada tiap tahunnya membuktikan kegagalan manusia menangggulangi masalah itu.
Karena itu, Guru Besar Ilmu Fikih IAIN Sunan Ampel ini menentang keras upaya pencegahan HIV/AIDS dengan cara lama yang selama ini dilakukan pemerintah, baik melalui kondomisasi maupun lokalisasi.
Lebih jauh dia menegaskan, hukum yang dibuat manusia tidak sedikit pun bisa mengeliminasi dan memberantas penyakit tanpa obat itu. Alih-alih terkurangi, justru penyakit tersebut malah semakin massif.
“Tidak ada cara lain dalam memberantas HIV/AIDS, kecuali dengan menerapkan syariat Islam. Cara manusia sudah terbukti gagal total,” tegas Direktur Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya ini.
Beda dengan Islam. Bagi para pezina, baik yang mukhson maupun ghoiru mukhson mendapat hukuman secara langsung. Bagi yang belum menikah (ghoiru muhson) akan dicambuk. Setidaknya hal itu merupakan shock therapy bagi mereka.
Namun kita juga tidak memungkiri, bahwa bukan hal mudah untuk memahamkan kepada masyarakat akan solusi syariat Islam dalam mencegah hal tersebut. Sebab saat ini saja masih banyak masyarakat Islam sendiri masih phobia dengan kata-kata syariat Islam. Padahal jika direnungkan dengan baik dan diresapi secara jujur dan ikhlas, maka akan sangat banyak solusi problematika kehidupan yang bisa didapatkan dari penerapannya. Salah satunya dalam persoalan HIV/AIDS ini.
Mari kita sedikit merenungkan sebuah ayat yang Allah Ta’ala turunkan dalam Al Qur’an: “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. al-Isra’: 32)
Begitu juga dengan ayat:
“… janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan …” (Al Baqarah: 125)
Jika kedua ayat ini kita resapi dan kita coba untuk melaksanakannya, maka insya Allah penyakit HIV/AIDS bisa kita hindari.
Pertanyaannya, kok bisa?
Ya, bisa. Coba kita urai.
Bukankah kita semua sepakat, bahwa penyebab utama meluasnya HIV/AIDS adalah melalui hubungan seks bebas dan jarum suntik (pengguna narkoba)? Menurut Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) bahwa penularan AIDS 55% disebabkan seks bebas, 42% karena narkoba suntik, dan sisanya penyebab lain.
Nah, seks bebas dalam perspektif syariat Islam adalah perbuatan zina dan Allah Ta’ala telah melarangnya. Bukan hanya melakukannya, tapi mendekatinya.
Logikanya, jika mendekati saja dilarang, apalagi melakukannya.
Begitu pula dengan penggunaan narkoba. Tidak ada yang tidak sepakat akan bahaya narkoba bagi diri kita. Dan tidak ada yang akan membantah jika kita katakan bahwa penggunaan narkoba akan membawa penggunanya kepada kehancuran. Jika kita kembali merujuk pada ayat di atas, maka hal ini sangatlah jelas. Allah Ta’ala telah melarang kita jauh-jauh hari agar jangan menjatuhkan diri kepada apa saja yang bisa membawa kehancurannya. Sebenarnya bukan hanya narkoba saja, tapi sampai makanan yang tidak halal dan buruk pun dicegah olehNya. Seperti dalam ayat: “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah Yang kamu beriman kepada-Nya.” (QS. al-Mai’dah: 88)
Sebab, makanan yang tidak halal lagi baik akan membawa tubuh kita kepada kehancuran atau sakit. Dimulai dari Keluarga
mencegah HIV/AIDS dibutuhkan cara yang cukup kompleks. Tidak hanya tergantung peran pemerintah, yang terpenting adalah ketahanan orangtua. Jika dirunut secara garis besar ada tiga hal penyebab penularan HIV/AIDS. Yakni, pornografi, narkoba, dan musik (song). Ketiga hal tersebut terutama dialami para anak muda. Apalagi yang minim bimbingan dan asuhan dari orangtua. Pertama mereka akan terlena mendengar musik, kemudian mengonsumsi narkoba dan selanjutnya seks bebas. Ibaratnya keluarga adalah ‘benteng’ bagi seorang anak agar tidak terjerumus ke dalam pergaulan bebas dan orang tua adalah penjaga benteng tersebut.
“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. at-Tahrim: 6)

Usaha Serius Pemerintah
Peran pemerintah juga sangat penting, namun selama ini pencegahan HIV/AIDS dilakukan secara parsial dan tidak menyeluruh sehingga menimbulkan kesan tidak serius, misalnya usaha mencegah penularan HIV/AIDS lewat penggunaan jarum suntik patut dicungi jempol tapi di sisi lain tempat-tempat prostitusi masih menjamur bahkan sebagiannya dilokalisasi. Langkah kongkret yang seharusnya diambil pemerintah adalah menutup semua tempat-tempat tersebut yang menjadi penyumbang terbesar bagi penularan HIV/AIDS. Tentu saja kita harapkan bukan hanya karena untuk mencegah penyakit mengerikan tersebut tapi lebih pada pertanggung jawaban di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang amat dimurkai-Nya.

Penutup
Kita tidak ingin menghakimi siapa pun dalam hal ini. Tulisan ini pun adalah juga dimaksudkan sebagai bentuk keprihatinan sekaligus partisipasi dalam menghadapi masalah ini.
Begitu pun dengan pengidap HIV/AIDS atau biasa disebut ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS). Tidak ada maksud untuk mengucilkan mereka. Bahkan kita mengajak mereka untuk kembali kepada rel syariat Islam. Sebab, setelah semua yang dialami, hanya kepada Dia jualah kita kembali.
Mencegah dan mengobati HIV/AIDS adalah tanggung jawab kita bersama. Oleh karena itu mari kita bersama-sama merenungi dan menerapkan apa yang telah Allah ajarkan kepada kita. Agar kita semua terhindar dari hal-hal yang merusak diri dan masyarakat sekitar kita.
Kepada sahabat-sahabatku para pemuda, mari kita dekatkan diri kita kepada Allah. Agar kita bisa terhindar dari keburukan seperti HIV/AIDS. Amin. Wallahul Musta’an.

1 komentar:

  1. Subhanalloh memang benar akhy, untuk mengilangkan penyakit aids dari muka bumi ini hanya dengan syari'ah islam......
    but..... syari'ah islam takkan pernah tegak selama kita tidak pernah menegakkan daulah al-khilafah 'ala minhajjin nubuwwah.... yang dijanjikan Alloh Ta'ala ibarat menegakkan benang basah begitulah orang menyerukan syari'ah islam tanpa fram daulah alkhilafah....semangat terus ya akhy.... salam ukhuwah dari ikhwan garut.......

    BalasHapus

Silahkan mengisi komentar dengan tetap mengedepankan adab berkomunikasi secara syar'i