Muslim Rahimahullah meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam bersabda:
“Ada seseorang yang benar-benar beramal dalam waktu yang panjang dengan amalan ahli surga kemudian ia menutup amalnya dengan amalan ahli neraka. Dan ada seseorang yang benar-benar beramal dalam waktu yang panjang dengan amalan ahli neraka kemudian ia menutupnya dengan amalan ahli surga.”
Al-Bukhari Rahimahullah meriwayatkan dari Shal bin Sa`d, dari Nabi Shallallahu ’Alaihi wa Sallam, beliau bersabda:
“Ada seorang hamba yang benar-benar beramal dengan amalan ahli neraka tapi dia termasuk ahli surga, dan ada seorang yang benar-benar beramal dengan amalan ahli surga tapi dia termasuk ahli neraka. Sesungguhnya amalan itu tergantung akhirannya.”
Membaca hadits di atas, mungkin membuat kita ciut dan menghadirkan rasa pesimis dalam hati kita. Tapi tidak! Justru dengan kabar dari Rasulullah tersebut harusnya menjadikan kita lebih bersemangat dalam melakukan ketaatan dan tetap berada dalam kebenaran, karena tidaklah dilemparkan ke neraka kecuali orang-orang yang berhenti dari ketaatan dan berpaling dari kebenaran.
Memang sangat GR jika dengan ketaatan yang kita lakukan selama ini membuat merasa sudah punya kavling di Surga. Sejarah telah banyak mencatat kisah-kisah ahli ibadah yang justru akhir hidupnya ketika dia berada dalam kekafiran. Salah satu satu kisah nyata di bawah ini selayaknya menjadi renungan buat kita.
Diriwayatkan dari negeri Mesir terdapat seorang pria yang senantiasa berada di masjid untuk mengumandangkan adzan dan shalat. Keelokan ibadah dan cahaya keta`atan tampak dalam dirinya. Suatu hari ia naik menara seperti biasanya untuk mengumandangkan adzan. Di bawah menara tersebut terdapat rumah seorang Nashrani Dzimmi. Ketika melongok rumah tersebut, ia melihat putri pemilik rumah tersebut. Ia tergoda dengannya dan meninggalkan adzan. Ia turun untuk menemuinya dan masuk rumahnya. Perempuan itu bertanya, “Apa keperluanmu, apakah yang kamu inginkan?” Ia mengatakan kepadanya, “Kamu mempesona hatiku dan menarik sepenuh hatiku.” Perempuan itu mengatakan, “Aku tidak memenuhi keinginanmu.” Ia mengatakan kepadanya, “Aku akan menikahimu.” Perempuan itu mengatakan, “Kamu Muslim, sedangkan aku Nashrani, dan ayahku tidak menikahkanku denganmu.” Ia berkata kepadanya, “Aku akan memeluk Nashrani.” Perempuan itu mengatakan, “Jika kamu melakukannya, maka aku pun melakukannya.” Maka, ia pun memeluk Nashrani untuk menikahinya dan tinggal bersama mereka di rumah tersebut. Ketika pada pertengahan hari itu, ia naik loteng rumahnya, lalu ia jatuh darinya dan meninggal. Akhirnya, ia mati dalam keadaan telah keluar dari agamanya dan tidak mendapatkan wanita tersebut.
Sungguh celaka, celaka, celaka...
Ia menukar akhirat dengan kehinaan dunia,
Pergi sebelum menikmati pembayarannya,
Telah menunggu keabadian api neraka,
Kita berlindung kepada Allah. Sekali lagi, kita berlindung kepada Allah dari –su’ul khatimah- akhir yang buruk.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran: 102)
“Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (kematian).” (QS. al-Hijr: 99)