Hadits Ahad Bukan untuk Aqidah
Saya sendiri tidak tahu kapan dan siapa yang pertama kali memunculkan pemikiran nyeleneh ini namun yang jelas pemikiran ini timbul dari orang-orang yang mengandalkan akal dan syak wasangka saja. Berbagai dalil akal mereka lontarkan untuk menguatkan pendapatnya, tapi yang namanya kesesatan memang takkan pernah masuk logika sehat dan tentu saja pasti berseberangan dengan dalil naqli (al-Qur'an dan as Sunnah).
“Hadits ahad tidak kuat (qathi) karena hanya diriwayatkan oleh satu orang”.
Ini sih pemikiran demokrator sejati. Alhamdulillah, pemikiran ini tidak merasuki penduduk Madinah ketika bertemu dengan Mush`ab bin Umair radhiyallahu anhu sang duta Rasulullah Shallallahu `alahi wa Sallam sebagian besar penduduk kota Madinah masuk Islam dengan sebab da`wah beliau, padahal Mush`ab sendirian artinya hadits yang ia sampaikan adalah ahad. Begitupun penduduk Yaman ketika bertemu dengan Mu`adz bin Jabal radhiyallahu anhu, penduduk Najran ketika bertemu dengan Abu Ubaidah Amir bin Al Jarrah radhiyallahu 'anhu dan lain-lain.
Penganut pemikiran ini jika sekiranya mereka konsisten maka mereka tidak menyampaikan sesuatu kepada orang lain jika mereka sendirian, yah minimal dua orang agar apa yang disampaikannya tidak ditolak oleh orang lain!?
“Bukan ditolak, dapat dijadikan landasan dalam perkara selain aqidah (hukum, muamalah, amaliyah, fiqih, dan lain-lain) karena kita tidak boleh main-main dalam aqidah.”
Sepintas memang seperti pemikiran yang ‘sangat hati-hati’, namun kami lebih ‘ekstra hati-hati” menyatakan bahwa kita tidak boleh main-main dengan agama ini dalam perkara apapun, bukan hanya aqidah, sepakat?!
Diterima tapi tidak boleh diyakini jika berkaitan dengan aqidah namun boleh dalam perkara lain. Dari sini muncul kerancuan pokok. Mari kita cermati kasus berikut; ada hadits Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam yang menganjurkan kita untuk berlindung dari empat hal sebelum salam pada saat tahiyyat akhir yaitu: dari adzab neraka, adzab kubur, fitnah dajjal dan fitnah kehidupan serta kematian. Jika hadits ini adalah hadits ahad maka sesuai dengan pemahaman di atas kita tidak boleh meyakini keempat hal tersebut karena ini adalah masalah akidah tapi kita boleh saja mengamalkan hadits tersebut pada saat tahiyat karena ini dalam tataran fikih, singkatnya mengamalkan iya meyakini tidak boleh. Logika macam apa ini? Bagaimana mungkin orang berlindung dari hal yang tidak diyakininya. Lalu siapa sebenarnya yang bermain-main?!!!
Para sahabat, tabi`in dan atba`ut tabi`in tidak pernah mempersyaratkan kesahihan hadits dari segi banyak tidaknya orang yang meriwayatkan. Jika hadits tersebut disampaikan oleh orang yang terpercaya dan sampai dengan sanad yang bersambung maka wajib diimani dan dibenarkan, serta tidak ada keraguan untuk menjadikannya landasan dalam aqidah serta perkara yang lainnya, baik itu berupa hadits ahad maupun hadits mutawatir. Apakah generasi terbaik tersebut adalah orang yang suka bermain-main dan lalai dalam menjalankan agama ini? Tentu tidak, bahkan mereka adalah orang yang sangat wara` (hati-hati) dalam agama ini.
Akibatnya?
Keistimewaan Nabi Muhammad Shallallahu `alahi wa Sallam melebihi semua Nabi `Alaihimus Salam; syafaat Beliau Shallallahu `alahi wa Sallam yang besar di akhirat; semua mu`jizat selain al Qur`an; jembatan, telaga dan timbangan amal, sifat hari kiamat dan padang mahsyar, proses permulaan makhluk, sifat malaikat dan jin, sifat neraka dan surga yang tidak diterangkan dalam al Qur`an; pertanyaan malaikat di alam kubur; adzab kubur; keimanan bahwa Allah Subhanahu wa Ta`ala menetapkan kepada semua manusia akan keselamatannya, sengsaranya, rezkinya, dan matinya ketika masih dalam kandungan ibunya; berita kepastian bahwa 10 sahabat dijamin masuk surga; bagi orang yang melakukan dosa besar tidak kekal selama-lamanya dalam neraka; semua tanda kiamat, seperti keluarnya imam Mahdi, keluarnya Dajjal, turunnya Nabi Isa `Alaihi Salam, munculnya matahari dari barat; dan aqidah lainnya hanya akan menjadi dongeng belaka jika mengikuti pemikiran sesat ini. Nau`dzu Billahi min Dzalik.
Penutup
Memperjuangkan agama Allah tidak hanya butuh semangat, tapi juga harus dilandasi dengan ilmu yang shahih. Bagaimana mungkin Allah Subhanahu wa Ta`ala memberi kemenangan kepada orang-orang yang dengan pemikirannya yang sesat sehingga lebih dari sepertiga aqidah dalam agama-Nya terkikis. Dan penulis sangat yakin adanya ‘pihak ketiga’ yang memanfaatkan golongan ini untuk menggerogoti Islam, jika dibiarkan maka Islam hanya tinggal nama!! Na`udzu Billahi min Dzalik.
Wallahu Ta`ala A`lam
Coretan lama waktu masih sibuk 'perang' di kampus
Saya sendiri tidak tahu kapan dan siapa yang pertama kali memunculkan pemikiran nyeleneh ini namun yang jelas pemikiran ini timbul dari orang-orang yang mengandalkan akal dan syak wasangka saja. Berbagai dalil akal mereka lontarkan untuk menguatkan pendapatnya, tapi yang namanya kesesatan memang takkan pernah masuk logika sehat dan tentu saja pasti berseberangan dengan dalil naqli (al-Qur'an dan as Sunnah).
“Hadits ahad tidak kuat (qathi) karena hanya diriwayatkan oleh satu orang”.
Ini sih pemikiran demokrator sejati. Alhamdulillah, pemikiran ini tidak merasuki penduduk Madinah ketika bertemu dengan Mush`ab bin Umair radhiyallahu anhu sang duta Rasulullah Shallallahu `alahi wa Sallam sebagian besar penduduk kota Madinah masuk Islam dengan sebab da`wah beliau, padahal Mush`ab sendirian artinya hadits yang ia sampaikan adalah ahad. Begitupun penduduk Yaman ketika bertemu dengan Mu`adz bin Jabal radhiyallahu anhu, penduduk Najran ketika bertemu dengan Abu Ubaidah Amir bin Al Jarrah radhiyallahu 'anhu dan lain-lain.
Penganut pemikiran ini jika sekiranya mereka konsisten maka mereka tidak menyampaikan sesuatu kepada orang lain jika mereka sendirian, yah minimal dua orang agar apa yang disampaikannya tidak ditolak oleh orang lain!?
“Bukan ditolak, dapat dijadikan landasan dalam perkara selain aqidah (hukum, muamalah, amaliyah, fiqih, dan lain-lain) karena kita tidak boleh main-main dalam aqidah.”
Sepintas memang seperti pemikiran yang ‘sangat hati-hati’, namun kami lebih ‘ekstra hati-hati” menyatakan bahwa kita tidak boleh main-main dengan agama ini dalam perkara apapun, bukan hanya aqidah, sepakat?!
Diterima tapi tidak boleh diyakini jika berkaitan dengan aqidah namun boleh dalam perkara lain. Dari sini muncul kerancuan pokok. Mari kita cermati kasus berikut; ada hadits Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam yang menganjurkan kita untuk berlindung dari empat hal sebelum salam pada saat tahiyyat akhir yaitu: dari adzab neraka, adzab kubur, fitnah dajjal dan fitnah kehidupan serta kematian. Jika hadits ini adalah hadits ahad maka sesuai dengan pemahaman di atas kita tidak boleh meyakini keempat hal tersebut karena ini adalah masalah akidah tapi kita boleh saja mengamalkan hadits tersebut pada saat tahiyat karena ini dalam tataran fikih, singkatnya mengamalkan iya meyakini tidak boleh. Logika macam apa ini? Bagaimana mungkin orang berlindung dari hal yang tidak diyakininya. Lalu siapa sebenarnya yang bermain-main?!!!
Para sahabat, tabi`in dan atba`ut tabi`in tidak pernah mempersyaratkan kesahihan hadits dari segi banyak tidaknya orang yang meriwayatkan. Jika hadits tersebut disampaikan oleh orang yang terpercaya dan sampai dengan sanad yang bersambung maka wajib diimani dan dibenarkan, serta tidak ada keraguan untuk menjadikannya landasan dalam aqidah serta perkara yang lainnya, baik itu berupa hadits ahad maupun hadits mutawatir. Apakah generasi terbaik tersebut adalah orang yang suka bermain-main dan lalai dalam menjalankan agama ini? Tentu tidak, bahkan mereka adalah orang yang sangat wara` (hati-hati) dalam agama ini.
Akibatnya?
Keistimewaan Nabi Muhammad Shallallahu `alahi wa Sallam melebihi semua Nabi `Alaihimus Salam; syafaat Beliau Shallallahu `alahi wa Sallam yang besar di akhirat; semua mu`jizat selain al Qur`an; jembatan, telaga dan timbangan amal, sifat hari kiamat dan padang mahsyar, proses permulaan makhluk, sifat malaikat dan jin, sifat neraka dan surga yang tidak diterangkan dalam al Qur`an; pertanyaan malaikat di alam kubur; adzab kubur; keimanan bahwa Allah Subhanahu wa Ta`ala menetapkan kepada semua manusia akan keselamatannya, sengsaranya, rezkinya, dan matinya ketika masih dalam kandungan ibunya; berita kepastian bahwa 10 sahabat dijamin masuk surga; bagi orang yang melakukan dosa besar tidak kekal selama-lamanya dalam neraka; semua tanda kiamat, seperti keluarnya imam Mahdi, keluarnya Dajjal, turunnya Nabi Isa `Alaihi Salam, munculnya matahari dari barat; dan aqidah lainnya hanya akan menjadi dongeng belaka jika mengikuti pemikiran sesat ini. Nau`dzu Billahi min Dzalik.
Penutup
Memperjuangkan agama Allah tidak hanya butuh semangat, tapi juga harus dilandasi dengan ilmu yang shahih. Bagaimana mungkin Allah Subhanahu wa Ta`ala memberi kemenangan kepada orang-orang yang dengan pemikirannya yang sesat sehingga lebih dari sepertiga aqidah dalam agama-Nya terkikis. Dan penulis sangat yakin adanya ‘pihak ketiga’ yang memanfaatkan golongan ini untuk menggerogoti Islam, jika dibiarkan maka Islam hanya tinggal nama!! Na`udzu Billahi min Dzalik.
Wallahu Ta`ala A`lam
Coretan lama waktu masih sibuk 'perang' di kampus