Malam ke 4 Ramadhan seperti biasa saya shalat tarwih di Masjid Wihdatul Ummah. Sebagaimana tiga malam sebelumnya masjid ini terisi ¾ bagian, kalau mengingat tahun lalu biasanya 10 malam terakhir masjid akan penuh oleh jama’ah yang kebanyakan berasal dari wilayah lain di kota Makassar bahkan dari luar kota untuk i’tikaf di masjid ini. Salah satu daya tariknya mungkin adalah bacaan Imam tarwih yang bagus dan panjang dan motivasi lain adalah bertemu dengan para ikhwah yang bersemangat dalam beribadah yang dengannya juga akan menambah semangat mereka.
Setelah selesai dua rakaat pertama, beberapa pemuda mengambil sajadah yang ada di hadapan mereka dan berkumpul di teras samping masjid, mereka berbicara satu dengan yang lainnya. Dari wajah mereka tampaknya mereka orang baru. Ketika berdiri untuk melanjutkan rakaat berikutnya, ekor mata saya menangkap keempat pemuda tersebut pergi entah kemana. Hmm, nampaknya mereka tidak kuat untuk melanjutkan shalat tarwih mereka di sini, mungkin mereka terkejut dengan bacaan imam yang panjang tidak seperti imam tarwih di masjid lainnya yang biasanya hanya membaca beberapa ayat saja tiap rakaatnya.
Setelah selesai dua rakaat pertama, beberapa pemuda mengambil sajadah yang ada di hadapan mereka dan berkumpul di teras samping masjid, mereka berbicara satu dengan yang lainnya. Dari wajah mereka tampaknya mereka orang baru. Ketika berdiri untuk melanjutkan rakaat berikutnya, ekor mata saya menangkap keempat pemuda tersebut pergi entah kemana. Hmm, nampaknya mereka tidak kuat untuk melanjutkan shalat tarwih mereka di sini, mungkin mereka terkejut dengan bacaan imam yang panjang tidak seperti imam tarwih di masjid lainnya yang biasanya hanya membaca beberapa ayat saja tiap rakaatnya.