Kawan, setidaknya dalam sehari kita membaca surah al-Fatihah paling minimal 17 kali.
Di dalam surah tersebut kita mengikrarkan bahwa hanya kepada Allah kita beribadah dan hanya kepada-Nya kita memohon pertolongan.
Ikrar tersebut kita lanjutkan dengan permohonan kepada-Nya agar diberi petunjuk dan ditetapkan di jalan yang lurus, jalan tauhid, jalan keselamatan menuju kepada-Nya. Jalan orang yang diberi nikmat iman, tidak ada nikmat di dunia yang melebihi nikmat ini kawan.
Kita pun kemudian meminta agar dijauhkan dari jalan orang-orang yang dimurkai (maghdub), siapa itu? Yaitu orang-orang yang diberi ilmu, mengenal Allah lewat kitab suci yang diturunkan kepada mereka namun mereka ingkar dan sombong kepada Allah.
Dan kita pun memohon agar bukan termasuk orang yang disesatkan (dhallal). Siapa pula ini? Inilah orang-orang yang gemar berkreasi dalam ibadah. Mereka membuat-buat ibadah yang tidak disyariatkan. Saking 'kreatifnya' mereka bahkan tidak bisa lagi membedakan yang mana ibadah yang mana budaya.
Anehnya saat ini banyak diantara kaum muslimin yang latah dengan kreasi mereka.
Kawan, Anda juga sudah pasti hafal dengan surah al-Ikhlas. Mungkin surah ini menjadi bacaan favorit kita utamanya shalat sunnah 🙂.
Dalam surah ini Allah menegaskan kepada kita bahwa Dialah Allah yang Esa, Dia tempat bergantung segala sesuatu, Dia TIDAK MEMPUNYAI ANAK dan juga TIDAK DILAHIRKAN, dan tidak ada yang setara dengan-Nya.
Pahamilah dengan baik kawan, resapi, jadikan kalimat-kalimat yang setara dengan 1/3 al-Qur’an tersebut sebagai benteng akidahmu. Maka disaat ada ajaran yang mengatakan bahwa Allah itu punya Anak atau ada tuhan yang dilahirkan dari rahim seorang wanita maka kau sudah punya jawaban tegas, sedikitpun kau takkan terpengaruh insyaAllah, apalagi mengucapkan selamat atas kelahiran tuhannya.
Cukuplah bagi kita firman Allah Ta'ala dalam ayat-ayat surah al-Kaafirun, ayat yang menuntun kita bagaimana bertoleransi tanpa mencederai akidah dan keimanan kita.
Kawan, simaklah penggalan kisah ini, semoga menjadi penguat iman bagi kita.
Pada suatu hari, ketika Amirul Mukminin Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu berhenti di suatu gereja kecil, ia melihat seorang pendeta berada di dalamnya.
Ketika pendeta itu diberi tahu bahwa ada Amirul Mukminin datang kepadanya, maka ia berdiri dengan gemetar karena badannya lemah.
Melihat keadaan pendeta itu, maka Umar menangis. Ketika diberitahu bahwa laki-laki itu adalah orang Nasrani maka Umar berkata, “Aku tahu bahwa ia adalah orang Nasrani, tapi (yang membuatku menangis) aku ingat firman Allah:
عَامِÙ„َØ©ٌ Ù†َّاصِبَØ©ٌ تَصْÙ„َÙ‰ٰ Ù†َارًا ØَامِÙŠَØ©ً
“(Ia) bekerja keras lagi kepayahan, lalu memasuki api yang panas (neraka)” (QS. Al-Ghasiyah: 3-4)
Ya Allah bimbinglah kami, istiqamahkan kami di atas tauhid hingga akhir hayat kami. Aamiin.[]