Yahudi sejatinya telah menjadi musuh seluruh penduduk langit dan bumi. Alam telah bosan dengan sederet pembangkangan, pengkhianatan, kekejian dan kekejaman yang Allah Azza wa Jalla sendiri mengabadikannya dalam Kitab suci-Nya, dan itu masih bisa kita lihat hingga sekarang ini.
Kitapun yakin bahwa puncak dari perseteruan ini adalah ketika semua saling bahu membahu untuk melenyapkan bangsa yang pernah dikutuk menjadi kera ini. Dalam sebuah riwayat nubuwwah dikabarkan bahwa sampai-sampai pohon dan batu akan berbicara kepada orang yang mengejar si yahudi yang bersembunyi dan menyuruhnya untuk segera membunuhnya.
Tapi, orang-orang yang manakah akan mendapat kemuliaan tersebut? Ini yang mungkin kadang luput dari pertanyaan kita, atau mungkin kita menganggap bahwa itu adalah diri kita meski hanya dengan modal teriakan ”Allahu Akbar!”.
Takwa adalah Faktor dan Esensi kemenangan
Ada baiknya kita menoleh pada sejarah yang masih hangat untuk kita ingat. Ketika itu beberapa negara Islam di timur tengah tengah ’mengeroyok’ yahudi, mereka menyerangnya dari segala penjuru darat, laut dan udara. Dari segi hitungan jumlah, strategi, dan peralatan perang seharusnya yahudi sudah ’babak belur’ dan bertekuk lutut di hadapan mereka. Tapi apa yang terjadi? Yahudi masih berdiri tegak dan komandan mereka berkata bahwa kami memang akan kalah tapi bukan oleh kalian, tapi oleh umat yang shalat subuhnya sebagaimana shalat jumatnya. Sebuah ’ejekan’ cerdas yang seharusnya membuat kita bangun dari mimpi dan bertanya kitakah umat itu?
Konon pasukan-pasukan yang dikirim untuk menggempur mereka adalah pasukan yang masih doyan dengan film-film cabul, siang hari mereka berperang melawan orang kafir akan tetapi di malam hari berhura-hura bersama setan larut dalam hawa nafsunya. Wallahu a’lam wa musta’an.
Saya juga ingin mengajak Anda melirik sejarah sedikit yang lebih jauh ke belakang, tentang pasukan penakluk Yerusalem, pasukan Sultan Shalahuddin al Ayyubi. Pasukan santun melawan pasukan budak salib yang beringas. Telah sampaikah kabar kepada kita tentang pasukan sang Sultan bahwa sepertiga dari mereka adalah orang-orang yang senantiasa mendirikan shalat lail, sepertiga lainnya tak pernah alpa shalat berjama’ah, dan sepertiganya lagi adalah orang-orang yang selalu menjaga puasa sunnah. Ya, mereka adalah sebaik-baik pasukan yang telah dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam.
Kitapun bisa belajar dari Perang Hunain, pasukan yang dipimpin oleh Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam sendiri sempat menjadi kocar-kacir disebabkan karena kesombongan yang terbetik di hati sebagian mereka. Mereka yakin takkan terkalahkan dengan jumlah mereka yang banyak. Betapa banyak pasukan yang kecil mengalahkan pasukan yang banyak atas izin Allah disebabkan karena kesabaran mereka, begitulah Allah menggambarkan dalam al-Qur’an.
Jumlah pasukan dan peralatan canggih ternyata bukanlah faktor utama penentu kemenangan. Ini masalah berhak atau tidaknya kita menerima kemenangan atas ketakwaan yang ada pada diri kita. Ketakwaan adalah sebab kemenangan bahkan ketakwaan yang terjaga adalah kemenangan itu sendiri. Dari sini kita kemudian tahu, apa yang seharusnya kita persiapkan.
Hingga saat ini yahudi masih terus melakukan pembantaian terhadap saudara-saudara kita di Palestina bahkan di depan mata kepala kita sendiri. Dan kembali pada pertanyaan, ”Kenapa Pohon dan Batu Masih Enggan untuk Berbicara?” Entahlah, tapi mungkin kita memang belum pantas untuk mendapat kemuliaan itu karena takaran ketakwaan belum cukup dibanding dosa yang masih terus menumpuk. Wallahu Ta’ala A’lam.
26 Ramadhan 1430
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan mengisi komentar dengan tetap mengedepankan adab berkomunikasi secara syar'i