"Jangan salam (mengakhiri shalat) sebelum menghadirkan hati kepada Allah."
-----
Orang yang shalat setidaknya ada 3 macam.
Yang pertama adalah orang yang sepanjang shalat hatinya tidak pernah terputus dari mengingat Allah Ta'ala. Seperti inilah shalat Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam dan sahabat beliau radhiyallahu 'anhu 'ajmain.
Dikisahkan setelah perang Badar, 2 orang sahabat bertugas berjaga malam. Mereka sepakat untuk bergiliran. Salah seorang dari mereka kemudian tidur dan sahabat yang lain berjaga.
Untuk memanfaatkan waktu sahabat yang berjaga menunaikan shalat. Tiba-tiba datang seorang Quraisy, ia kemudian melesatkan panah dan tepat mengenai sahabat ini.
Namun sahabat ini tidak bergeming, ia tetap melanjutkan shalatnya. Sampai anak panah kedua kembali bersarang di tubuhnya.
Sahabat yang tidur tadi pun terbangun dan orang Quraisy itu kemudian melarikan diri.
Melihat teman berjaganya terluka, ia pun bertanya kenapa dia tidak dibangunkan? Sang sahabat mengatakan bahwa ia tidak ingin memutus ayat Al-Qur'an yang ia baca saat shalat tadi.
Kisah-kisah mengagumkan seperti ini banyak kita jumpai dalam sirah-sirah para salaf.
Model kedua, orang yang shalat namun hatinya tidak pernah 'nyambung' dengan Allah. Badannya saja yang kelihatan shalat namun hatinya melanglang buana entah kemana, mulai dari takbiratul ihram sampai ia salam.
Orang seperti ini merasa cukup telah shalat dan biasanya langsung pergi tanpa berdzikir lagi.
Model ketiga, adalah orang yang dalam shalatnya kadang 'nyambung' dengan Allah dan kadang dilalaikan dengan urusan lainnya. Ini adalah model shalat yang kebanyakan kita lakukan.
Setan akan menggunakan berbagai cara untuk melalaikan kita dari mengingat Allah, utamanya dalam shalat.
Semut kecil yang kita lihat di tempat sujud bisa menjadi jalan pikiran kita untuk berkelana keluar. "Kenapa semut bisa di sini? Mungkin karpetnya tidak bersih. Siapa yang tugas membersihkan hari karpet hari ini?" Saat sujud muncul ketakutan, bagaiman kalau semutnya masuk di telinga, bagaimana kalau semutnya membisikkan sesuatu. Dsb.
Jebakan pikiran seperti ini harus dilawan. Saat shalat kita harus senantiasa menjaga kekhusyu'an, memfokuskan pikiran, menghadirkan hati tunduk kepada Allah, menghayati bacaan-bacaan shalat kita.
Kalaupun hati sempat terlalaikan harus berusaha untuk kembali khusyuk lagi.
InsyaAllah dengan kejuhudan kita melawan godaan setan akan lebih besar lagi pahalanya.
Seorang guru pernah berpesan, "Jangan salam (mengakhiri shalat) sebelum menghadirkan hati mengingat Allah."
Kata Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, "sesungguhnya amalan itu tergantung dari akhirnya."
Semoga Allah Ta'ala mengaruniakan kepada kita nikmat shalat yang khusyuk. Dan semoga Allah mematikan kita dalam keadaan mengingat kepada-Nya. Aamiin.[]